2.1
Pengertian
Perdarahan bukan haid adalah
perdarahan yang terjadi dalam masa antara dua haid(Sarwono, 1999:223)
2.2
Sebab-sebab
2.2.1
Sebab Organik
2.2.1.1. Serviks Uteri
Misalnya:
Pholiphus Servisis, Erosio
Phorsionis Uteri, Ulkas pada Portio
Uteri, Karsenoma Servitis Uteri.
2.2.1.2.
Korpus Uteri
Misalnya:
Pholiph Endrometritium,
abortus imminent, abortus sedang berlangsung, abortus incomplitus, molahidatidosa. subinvolution uteri, karsinoma korpus uteri,
sarcoma uteri, neoma uteri.
2.2.1.3. Tuba Vallopi
Misalnya :
KehamilanEktopik terganggu,
radan Tuba, Tumor tuba.
2.2.1.4. Ovarium
Misalnya :
Radang Ovarium
2.2.2
Sebab Fungsional:
Perdarahan dari uterus yang tidak ada
hubungannya dengan sebab organic, bisa
terjadi pada umur antara menarche dan menophouse.
2.3
Pathology
Pada penelitian memmjukkan pula bahwa
pada perdarahan disfungsional dapat ditemukan
bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu :
-
Endometrium Antropik.
-
Endometrium
hyperplastik
-
Endometrium proliferatif
-
Endometrium
sekretoris
2.4
Gambaran Klinik
2.4.1 Perdarahan Qvulatoir
Perdarahan Qvulatoir merupakan 10 %
dari perdarahan disfungsional dengan
siklus pendek/panjang
Diagnosis pada Qvulatoir dapat
ditegakkan dengan melakukan krokan pada
endometrium pada masa mendekati haid.
Sudah dipastikan perdarahan berasal
dari endometrium tipe sekresi tanpa
adanya sebab organic, maka haras dipikirkan etiologinya
adalah :
2.4.1.1
Korpus Lluteum Peristen :
-
Perdarahan
yang diikuti dengan pembesaran quarium.
-
Menyebabkan
perlepasan endometrium tidak teratur.
-
Sindroma yang timbul pada korpus ihuteum peristen haras dibedakan dari ket.
2.4.1.2 Insufisiensi Korpus Luteum :
-
Dapat menyebabkan
pramensual spotting, menorgia, polinorhoe.
2.4.1.3 Apoleksia Uteri:
-
Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembulu darah dalam uterus.
2.4.1.4 Kelainan Darah:
-
Anemia
-
Purpura
trombositopenik
-
Gangguan pembekuan darah.
2.4.2 Perdarahan Anovulatoir
2.4.2.1
Stimulasi dengan estrogen
menyebabkan timbulnya endotrium dengan menurunnya kadar estrogen
dibawah tingkat tertentu.
2.4.2.2
Fluktuasi kadar estrogen ada sngkut pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif.
2.4.2.3
Banyak dijumpai pada masa
puberitas dan masa premenopause.
2.4.2.4
Etiologi
perdarahan anoovatotiur.
-
Penderita penyakit metabolic, penyakit endokrm, penyakit darah, penyakit umum yang menahun. Stresss.
-
Kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti : kecelakaan, kematian
dalam keluaga, pemberitahuan, pemberian obat penenang terlalu lama,
-
Biasanya kelainan, dalam perdarahan ini bersifat sementara waktu saja.
2.5 Diagonis
Dapat ditegakkan dengan
2.5.1
Anamnese yang cermat
2.5.1.1 Bagaimana mulainya perdarahan
Apakah didahului oleh siklus yang
pendek / oligomenorhoe atau amenorhoe.
2.5.1.2 Sifat perdarahan
Banyak atau sedikit-sedikit, sakit
atau tidak.
2.5.1.3 Lama perdarahan
2.5.2
Pemeriksaan Umum :
Perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah
kemungkinan penyakit metabolic, endokrin
menahun.
2.5.3
Pemeriksaan Ginekologik
Perlu dilihat apakah tidak ada
kelainan-kelainan organic yang menyebabkan perdarahan abuormal. (Polip, ulcus, tumor, kehamilan terganggu).
2.6 Penanganan
2.6.1
Bila
perdarahan sangat banyak, perdarahan harus tirah baring.
2.6.2
Berikan infus, K / P tranfusi.
2.6.3
Obserfasi tanda-tanda vital dan cek HB.
2.6.4
Observasi pemeriksaan ginecologi memmjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inclopetus, dapat
diberikan :
2.6.4.1 Estrogen dalam dosis tinggi. Secara IM:
-
Dipropionas
estradional 2,5 mg
-
Benzoas
esradioal 1,5 mg
-
Valevas
estradioal 20 mg
2.6.4.2 Progesteron
Pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
bersifat anovatoir sehingga pemberian progesterone mengimbangi pengaruh esterogen terhadap endometrium. Dapat diberikan
kapoas hidroksi progesterone 125 g (
1 M ) atau dapat diberikan peros sehari Norethindone 15 mg atau Asetar metroksi progesterone ( provera ) 10 mg. yang dapat diulang. Terapi depan berguna
bagi wanita dalam masa puberitas.
2.6.5
Perdarahan yang disebabkan oleh hiperplasi endometrium dapat diberkan audrogen (tidak boleh terlalu
lama ) dapat diberikan propionas testosterone 50 mg 1 M dapat diulangi 6
jam kemudian.
2.6.6
Kecuali pada pubertas, terapi yang paling baik adalah dilatasi dengan kerokan, karena dapat digunakan juga sebagai
penegak diagnose.
2.6.7
Apabila ada penyakit metabolic, endokrin, penyakit darah dan Iain-lain
yang menjadi penyebab perdarahan
tentunya penyakit yang harus ditangani. 2-6.8
2.6.8
Bila sesuatu dilakukan kerokan perdarahan difungsional timbul lagi makadapat diberikan esterogen dan
progesterone dalam kombinasi yaitu pil-pil kontrasepsi.
Tetapi ini dapat diberikan mulai hari ke- 5 perdarahan
terus untuk 21 hari.
2.6.9
Pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus ( walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali
dan punya anak cukup) histerektomi.
0 komentar: