twitter

Addaptasi Psikologis Ibu Nifas
Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut :

1)      Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang sedang meningkat.


2)      Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3)      Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil, sehingga sulit menerima kahadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan.
Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan.
Disini hormon memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik, hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar pada kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Post partum blues ini dialami 80% wanita setelah bersalin yaitu merupakan semacam perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda ibu dan timbul dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan.
Etiologi : berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi, perubahan hormonal, adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan sedih.

Penyebab yang menonjol adalah :
§  Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
§  Rasa sakit pada masa nifas\
§  elelahan karena kurang tidur selama persalinan
§  Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit
§  Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami

Gejala-gejalanya antara lain :
Sangat emosional, sedih, khawatir, kurang percaya diri, mudah tersinggung, merasa hilang semangat, menangis tanpa sebab jelas, kurang merasa menerima bayi yang baru dilahirkan, sangat kelelahan, harga diri rendah, tidak sabaran, terlalu sensitive, mudah marah dan gelisah.

Hal-hal yang dapat dilakukan seorang bidan :
§  Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin
§  Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu setelah melahirkan.
§  Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri.
§  Memberikan bantuan dalam merawat bayi
§  Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi

Post partum blues ini apabila tidak ditangani secara tepat dapat menjadi lebih buruk atau lebih berat, post partum yang lebih berat disebut post partum depresi (PPD) yang melanda sekitar 10% ibu baru.
Gejala-gejalanya : sulit tidur bahkan saat bayi telah tidur, nafsu makan hilang, perasaan tidak berdaya atau kehilangan control, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi, gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar. Jika ditemukan sejak dini penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konsultasi dengan psikiater, jika depresi yang ibu alami berkepanjangan mungkin ibu perlu perawatan dirumah sakit.
Oleh karena itu penting sekali bagi seorang bidan untuk mengetahui gejala dan tanda dari post partum blues sehingga dapat mengambil tindakan mana yang dapat diatasi dan mana yang memerlukan rujukan kepada yang lebih ahli dalam bidang psikologi.

A.       Gangguan Rasa Nyeri pada Ibu Nifas

Ø  Kram perut
Perempuan yang pertama kali melahirkan akan mengalami kontraksi rahim yang cenderung bersifat tonik menimbulkan nyeri perut seperti “kram”, apalagi bila ada sisa-sisa bekuan darah dalam rahim. Kadangkala nyeri ini sangat hebat dan membutuhkan obat pereda nyeri. Nyeri perut ini juga dapat timbul saat bayi mengisap payudara. Biasanya keluhan nyeri menghilang dengan sendirinya. Rasa nyeri pada perut ini disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada uterus banyak terjadi pada multipara. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih, tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut, bila perlu berikan analgesik.


Ø  Pembengkakan Payudara
a)  Penyebab
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.

b)  Gejala
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak: payudara odem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam.

c)  Pencegahan
1.      Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar.
2.      Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand).
3.      Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4.      Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
5.      Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase, dan sebagainya).

d)  Penatalaksanaan
1.  Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
2.  Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok.
3.  Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
4.  Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
5.  Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
6.  Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.
7.  Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
8.  Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.

Ø  Nyeri Perineum
Pengertian Perawatan Luka Perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).

2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
1. Tuberositas ischii
2. Arteri pudenda interna
3. Arteri rektalis inferior
Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001).

Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.



Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
b. Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
2. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangannya
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci kembali tangan
3. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
1. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
2. Obat-obatan
a. Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal.
b. Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.
c. Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.
3. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.

4. Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
5. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
Dampak Dari Perawatan Luka Perineum
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).


Ø  Konstipasi
Konstipasi adalah kondisi di mana feses memiliki konsistensi keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-anak. Buang air besar mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih jarang dari biasa. Pada anak normal, konsistensi feses dan frekuensi BAB dapat berbeda-beda. Bayi yang disusui ASI mungkin mengalami BAB setiap selesai disusui atau hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi yang disusui formula dan anak yang lebih besar mungkin mengalami BAB setiap 2-3 hari.
Dengan demikian frekuensi BAB yang lebih jarang atau konsistensi feses yang sedikit lebih padat dari biasa tidak selalu harus ditangani sebagai konstipasi. Penanganan konstipasi hanya diperlukan jika pola BAB atau konsistensi feses menyebabkan masalah pada anak. Umumnya dengan nutrisi yang baik, perbaikan kebiasaan BAB, dan penggunaan obat yang sesuai jika diperlukan, masalah ini dapat ditangani.

Gejala dan Tanda

Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut:
·         Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit
·         Turun atau hilangnya napsu makan
·         Rewel
·         Mual atau muntah
·         Turunnya berat badan
·         Noda feses di celana dalam anak yang menandakan banyaknya feses yang tertahan di rektum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jika anak mengalami konstipasi yang cukup berat, ia dapat kehilangan kemampuan merasakan kebutuhan ke toilet untuk BAB sehingga menyebabkan anak BAB di celananya. Hal ini disebut encopresis atau fecal incontinence.
·         Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan kecil pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan
·         Konstipasi meningkatkan risiko infeksi saluran kemih


Konstipasi dapat disebabkan oleh:
·         Kecenderungan alami gerakan usus yang lebih lambat, misalnya pada anak dengan riwayat feses yang lebih padat dari normal pada minggu-minggu awal setelah lahir.
·         Nutrisi yang buruk, misalnya yang tinggi lemak hewani dan gula (pencuci mulut, makanan-makanan manis), serta rendah serat (sayuran, buah-buahan, whole grains).
·         Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi, misalnya antasid, fenobarbital (obat kejang), obat pereda nyeri, dan obat batuk yang mengandung kodein.
·         Kebiasaan BAB yang tidak baik, misalnya tidak tersedianya cukup waktu untuk BAB dengan tuntas.
·         Kurangnya asupan cairan.
·         Kurangnya aktivitas fisik.
·         Adanya kondisi anus yang menyebabkan nyeri, misalnya robekan pada lapisan mukosa anus (anal fissure). Hal ini seperti lingkaran setan karena mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan terjadinya fissure, dan nyeri yang disebabkan fissure menyebabkan anak menahan kebutuhan BAB yang memperparah konstipasi.
·         Toilet training yang dipaksakan. Toilet training pada anak yang belum siap secara emosional dapat mengakibatkan anak memberontak dengan menahan keinginan BAB. Jika anak belum siap untuk menjalani toilet training, tunggu beberapa bulan sebelum memulainya kembali.
·         Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan seksual (sexual abuse).
Konstipasi dapat merupakan akibat dari beberapa penyakit seperti tidak adanya saraf normal di sebagian usus (Hirschprung disease), kelainan saraf tulang belakang, kurangnya hormon tiroid, keterbelakangan mental, atau beberapa kelainan metabolik. Namun sebab-sebab ini relatif jarang dan umumnya disertai gejala lain.

Penanganan

Pada bayi di bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah organik yang mungkin menyebabkan konstipasi harus diteliti dengan lebih cermat, terutama apabila konstipasi disertai gejala lain seperti:5
·         Keluarnya feses pertama lebih dari 48 jam setelah lahir, kaliber feses yang kecil, gagal tumbuh, demam, diare yang diserai darah, muntah kehijauan, atau terabanya benjolan di perut
·         Perut yang kembung
·         Lemahnya otot atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung bagian bawah
·         Selalu tampak lelah, tidak tahan cuaca dingin, denyut nadi yang lambat
·         Banyak BAK, banyak minum
·         Diare, pneumonia berulang
·         Anus yang tidak tampak normal baik bentuk maupun posisinya
Lebih dari 95% konstipasi pada anak di atas satu tahun adalah konstipasi fungsional (tidak ada kelainan organik yang mendasarinya). Umumnya masalah ini dapat ditangani dengan cara sebagai berikut:

Kebiasaan BAB yang baik

  • Anak yang mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun kebiasaan BAB yang baik.2 Salah satu caranya adalah dengan membiasakan duduk di toilet secara teratur sekitar lima menit setelah sarapan, bahkan jika anak tidak merasa ingin BAB. Anak harus duduk selama lima menit, bahkan jika anak telah menyelesaikan BAB sebelum lima menit tersebut habis.
  • Anak juga harus belajar untuk tidak menahan keinginan BAB. Kadang anak mengalami kekhawatiran jika harus menggunakan toilet di sekolah. Jika orang tua mencurigai adanya masalah tersebut, orang tua hendaknya membicarakan masalah tersebut dengan anak maupun pihak sekolah.

Makanan tinggi serat

·         Serat membuat BAB lebih lunak karena menahan lebih banyak air dan lebih mudah untuk dikeluarkan. Memperbanyak jumlah serat dalam makanan anak dapat mencegah konstipasi. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan serat anak adalah:1,2,3
·         Berikan minimal 2 sajian buah setiap hari. Buah yang dimakan beserta kulitnya, misalnya plum, aprikot, dan peach, memiliki banyak kandungan serat.
·         Berikan minimal 3 sajian sayuran setiap hari.
·         Berikan sereal yang tinggi serat sepert bran, wheat, whole grain, dan oatmeal. Hindari sereal seperti corn flakes.
·         Berikan roti gandum (wheat) sebagai ganti roti putih.
Banyak minum dapat mencegah konstipasi. Biasakan anak untuk minum setiap kali makan, sekali di antara waktu makan, dan sebelum tidur. Namun perlu diperhatikan bahwa terlalu banyak susu sapi atau produk susu lainnya (keju, yogurt) justru dapat mengakibatkan konstipasi pada sebagian anak.

Laksatif

·         Laksatif mungkin dibutuhkan untuk menangani konstipasi. Jika laksatif tidak bekerja atau harus diberikan berulang kali, anak harus dievaluasi oleh dokter. Beberapa laksatif yang dapat diberikan adalah:
·         Jus prune: Jus prune adalah laksatif ringan yang efektif pada sebagian anak. Jus ini mungkin akan terasa lebih enak jika dicampur dengan jus buah lain.
·         Psyllium husk (salah satu merknya adalah metamucil). Laksatif ini bekerja dengan melunakkan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan.
·         Senokot (senna). Laksatif ini bekerja dengan menstimulasi usus untuk mengosongkan isinya. Laksatif ini berbentuk butiran yang dapat dicampur dengan makanan seperti es krim.
·         Durolax (bisacodyl). Bentuk laksatif ini adalah tablet dan bekerja dengan cara yang sama seperti senokot.
·         Coloxyl (docusate). Laksatif ini berupa tablet atau tetes, bekerja dengan melunakkan feses.
·         Agarol (parafin cair dan fenoftalein). Laksatif ini berbentuk cairan, bekerja dengan melunakkan dan melicinkan feses, serta menstimulasi usus untuk mengosongkan isinya.
·         Parachoc (parafin cair dengan rasa coklat-vanila). Laksatif ini berbentuk cairan dan bekerja dengan cara yang sama seperti agarol.
·         Laksatif lain yang digunakan misalnya lactulose, sorbitol, barley malt extract, magnesium hydroxyde, atau magnesium citrate.4 Namun bayi di bawah usia satu tahun memiliki risiko lebih besar untuk mengalami keracunan magnesium.
Perlu diingat bahwa penggunaan laksatif jangka panjang dapat berbahaya bagi anak. Karena itu, laksatif hanya boleh digunakan dengan pengawasan dokter dan sesuai dosis yang diberikan.3

Supositoria

Jika setelah 2-3 hari penggunaan laksatif konstipasi anak tidak membaik, supositoria seperti glycerin atau durolax suppositories dapat digunakan.Supositoria harus dilapisi dengan pelicin yang larut dalam air seperti KY jelly sebelum dimasukkan ke rektum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jangan gunakan vaselin karena vaselin tidak larut dalam air. BAB biasanya akan terjadi 30 menit setelah pemberian supositoria.

Enema

Enema tidak boleh diberikan pada anak kecuali jika dokter memerintahkannya.

Irigasi usus

Hal ini hanya diperlukan pada sebagian kecil anak yang mengalami konstipasi yang sangat berat.Hal ini dilakukan di RS dengan memberikan cairan bernama Golytely baik dengan cara diminum atau melalui selang lambung.


Ø  Hemoroid
Di kalangan masyarakat penyakit wasir atau ambeien sudah sangat dikenal. Walau penyakit ini tidak tergolong berbahaya, tati membuat resah bagi yang mengalaminya. Biasanya keluar tonjolan ambeien di muara anus ( dubur ), yang akan di ikuti pendarahan , membuat penderita wasir pucat pasi.
Wasir atau ambeien dalam bahasa kedokteran disebut tabiban hemoroid adalah pelebaran pembulu darah balik (vena) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot dan pembulu darah sekitar anus kurang elastis sehingga aliran darah terhambat dan membesar.
Penderita biasanya mengeluh apabila mau buang air besar, keluhan yang dialami sbb:
- Ada keluar benjolan dan darah disekitar anus
- ada keluar benjolan dan tak keluar darah
- ada benjolan yang bisamasuk kembali dan ada yang tidak
- rasanya perih, panas, sakit, gatal dan nyeri
Semua ini akibat makanan yang masuk tidak bisa dicerna dengan baik, perut terasa kembung, pinggul terasa pegal, duduk kurang nyaman dan jalan tidak dapat terlalu lama.
Faktor utama penyebab timbulnya wasir diantaranya :
o   Pola hidup yang tidak sehat.
o   Kegemukan, proses penuaan, diare berkepanjangan dan anal seks.
o   Sembelit ( konstipasi ), kotoran yang keras menyebabkan seseorang sering mengejang saat buang air besar, kebiasaan jongkok atau duduk terlalu lama.
o   Wanita hamil. Dalam keadaan hamil, tekanan rongga perut meningkat lantaran adajanin dalam kandungan, tak jarang diikuti konstipasi, yang berpotensi menderita wasir.
o   Kondisi yang sama dapat dialami oleh wanita pasca melahirkan karena mengejang.
Semua orang dapat menderita ambeien tetapi umumnya berusia diatas umur 40 tahun, wanita hamil biasanyalebih rentan terkena ambeien karena otot-otot pinggul semakin tidak elastis karena kehamilan.



Gejala-gejal wasir atau ambeien
Awalnya penderita mengeluh adanya pendarahan yang berwarna merah segar keluar melalui dubur sewaktu buang air besar, bisa menetes atau bisa juga pendarahan yang deras. Jika itu berlanjut biasanya ada sesuatu yang keluar dari dubur yang mula-mula bisa masuk kembali atau dimasukkan, lama kelamaan benjolan tersebut tidak bisa masuk kembali walaupun dibantu dengan tangan dengan demikian klep/penutup dari otot-otot dubur bisa terganggudan ini menyebabkan cairan usus maupun darah bisa keluar sehingga penderita mengeluh ada bercak pada celana dalamnya.
Selain gejala tersebut bisa juga timbul nyeri yang amat sangat, hal ini karena wasir yang keluar terjepit sehingga terjadi jepitan pada pembulu darah dan menimbulkan bendungan yang disertai nyeri yang amat sangat..
Gejala wasir atau ambeien dapat diketahui ringan sampai parahnya, sebagai berikut pembagian berdasarkan gejalanya :
o   Terjadinya pendarahan dengan rasa gatal.
o   Terjadinya pendarahan dengan rasa sakit dan muncul benjolan kecil, namun tidak mengganggu proses buang air besar / BAB.
o   Terjadinya pendarahan ditandai dengan benjolan yang menonjol setelah buang air besar dan tidak dapat masuk sendiri, sehingga harus dibantu untuk memasukkannya kembali.
o   Terjadinya pendarahan dengan benjolan besar, tetapi bisa masuk kembali.
o   Benjolan tidak bisa masuk kembali walaupun sudah dibantu, karena adanya proses pengerasan dan pembekuan darah, penderita akan sangat merasa kesakitan.

Pengobatan Wasir atau ambeien
Untuk pengobatan penderita wasir yang ringan sbb :
§  Banyak minum air untuk menjaga agar usus kita tetap terhidrasi dan tinja cukup lunak sehingga mudah dikeluarkan.
§  Makan menu tinggi serat .
§  Usahakan BAB secara rutin.
Bagi penderita yang sudah muncul benjolan kecil, cukup oleskan krim yang mengandung kortikosteroid dan bahan anestetik local dapat mengurangi pembengkakan dan nyeri.
Buah sirsak bisa untuk mengobati ambeien karena banyak mengandung zat gizi dan serat atau konsumsi nanas 4 atau 5 buah setiap hari karena bromelinnya dapat menhentikan pendarahan, serat yang dikandung dapat melancarkan buang air besar.
Ambeien yang lebih berat dapat diatasi dengan cara :
- Mengikat bagian yang bengkak dengan karet agar mati dan lepas dengan sendirinya.
- Operasi mengangkat benjolan tersebut.
- Penyuntikan cairan iritan ( sudah diterima didunia kedokteran ), pembuluh darah yang membengkak akan mengalami pengerutan.
- Transproctoscopic Doppler ultrasound haemorhoidal artery ligation dengan hanya menjalani tindakan pengikatan pembuluh darah arteri yang mengarah ke pembengkakan ambeien.
- Daun wungu karena senyawa flavonoid dalam daun wungu mampu mengurangi pembengkakan atau peradangan.

Pencegahan
Untuk mencegah ambeien agar tidak menghampiri sebaiknya perbaikilah pola makan dengan memperbanyak konsumsi makanan berserat seperti buah plum, bengkoang dan sayur-sayuran karena mengandung serat selulose yang tidak diserap oleh pencernaan sehingga dapat merangsang gerak usus lebih lancer, serat selulose dapat menyimpan air sehingga makanan dapat lebih lunak.
Untuk memilih pengobatan lebih tepat harus diketahui derajat keparahan dari wasir atau ambeien.Bagi ibu hamil untuk menghindari wasir atau ambeien bisa meningkatkan serat dengan cara memakan roti dan cereal, beras merah dan pasta. Asam folic merupakan suplemen tambahan yang ditambahkan dalam makanan ibu hamil, kebutuhannya kira2 sebesar 200 mg perhari
Di kalangan masyarakat penyakit wasir atau ambeien sudah sangat dikenal. Walau penyakit ini tidak tergolong berbahaya, tati membuat resah bagi yang mengalaminya. Biasanya keluar tonjolan ambeien di muara anus ( dubur ), yang akan di ikuti pendarahan , membuat penderita wasir pucat pasi.
Wasir atau ambeien dalam bahasa kedokteran disebut tabiban hemoroid adalah pelebaran pembulu darah balik (vena) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot dan pembulu darah sekitar anus kurang elastis sehingga aliran darah terhambat dan membesar.
Penderita biasanya mengeluh apabila mau buang air besar, keluhan yang dialami sbb:
§  Ada keluar benjolan dan darah disekitar anus
§  ada keluar benjolan dan tak keluar darah
§  ada benjolan yang bisamasuk kembali dan ada yang tidak
§  rasanya perih, panas, sakit, gatal dan nyeri
semua ini akibat makanan yang masuk tidak bisa dicerna dengan baik, perut terasa kembung, pinggul terasa pegal, duduk kurang nyaman dan jalan tidak dapat terlalu lama.

Ø  Diuresis
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
1.      Hemostatis internal.
2.      Keseimbangan asam basa tubuh.
3.      Pengeluaran sisa metabolisme.
Hemostatisinternal
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
Keseimbangan asam basa tubuh.
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.
Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain:
1.      Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
2.      Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3.      Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy).
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.
B.     Gangguan Pada Infeksi Masa Nifas
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
1. Infeksi Lokal
1. Pembengkakan luka episiotomi.
2. Terjadi penanahan.
3. Perubahan warna lokal.
4. Pengeluaran lochia bercampur nanah.
5. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
6. Temperatur badan dapat meningkat.

2. Infeksi General
1. Tampak sakit dan lemah.
2. Temperatur meningkat diatas 39 oC.
3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4. Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6. Terjadi gangguan involusi uterus.
7. Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
1.      Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
2.      Tindakan operasi persalinan.
3.      Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
4.      Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
5.      Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
Terjadinya Infeksi Masa Nifas
Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
1.      Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.
2.      Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
3.      Hubungan seks menjelang persalinan.
4.      Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).
C.    Gangguan Cemas Pada Ibu Nifas
Pengertian
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkh laku klien.
Stuart (1996) mendefinisikan cemas sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui, dan didahului oleh pengalaman baru. Sedangkan takut mempunyai sumber yang jelas dan obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian tersebut.
Lebih jauh dikatakan pula, kecemasan dapat dikomunikasikan dan menular, hal ini dapat mempengaruhi hubungan terapeutik perawat klien. Hal ini menjadi perhatian perawat.
Bostrom (1995) mengemukakan stressor sebagai factor presipitasi kecemasan adalah bagaimana individu berhadapan dengan kehilangan dan bahaya yang mengancam. Bagaimana mereka menerimanya tergantung dari kebutuhan, keinginan, konsep diri, dukungan keluarga, pengetahuan, kepribadian dan kedewasaan.
Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan erta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, phobia tertentu (Hamid dkk,1997).
Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo, 1997).
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :

1.
  Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.


Respon Fisiologis
Ø  Sesekali nafas pendek
Ø  Nadi dan tekanan darah naik
Ø  Gejala ringan pada lambung
Ø  Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon Kognitif
Ø  Lapang persegi meluas
Ø  Mampu menerima ransangan yang kompleks
Ø  Konsentrasi pada masalah
Ø  Menyelesaikan masalah secara efektif
Respon perilaku dan Emosi
Ø  Tidak dapat duduk tenang
Ø  Tremor halus pada tangan
Ø  Suara kadang-kadang meninggi

2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Respon Fisiologis
·         Sering nafas pendek
·         Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik
·         Mulut kering
·         Anorexia
·         Diare/konstipasi
·         Gelisah
Respon Kognitif
·         Lapang persepsi menyempit
·         Rangsang Luar tidak mampu diterima
·         Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
Respon Prilaku dan Emosi
·         Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
·         Bicara banyak dan lebih cepat
·         Perasaan tidak nyaman

3. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
Respon Fisiologis
*      Sering nafas pendek
*      Nadi dan tekanan darah naik
*      Berkeringat dan sakit kepala
*      Penglihatan kabur
Respon Kognitif
*      Lapang persepsi sangat menyempit
*      Tidak mampu menyelesaikan masalah
Respon Prilaku dan Emosi
*      Perasaan ancaman meningkat
*      Verbalisasi cepat
*      Blocking
*      Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.
Respon Fisiologis
*      Nafas pendek
*      Rasa tercekik dan berdebar
*      Sakit dada
*      Pucat
*      Hipotensi
Respon Kognitif
*      Lapang persepsi menyempit
*      Tidak dapat berfikir lagi
*      Respon Prilaku dan Emosi
*      Agitasi, mengamuk dan marah
*      Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
*      Persepsi Kacau
*      Kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional, dan kognitif atau intelektual.
Respon Fisiologis
*      Kardiovaskuler : Palpitasi berdebar, tekanan darah meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun
*      Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada, rasa seperti tercekik
*      Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada epigastrium, diare
*      Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia, gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan, tremor
*      Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil
*      Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa terbakar pada muka, berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal
*      Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, raung persepsi berkurang atau menyempit, takut kehilangan kontrol, obyektifitas hilang
*      Respon emosional : Kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut, gelisah, pelupa, cepat marah, kecewa, menangis dan rasa tidak berdaya



Kamis, 05 Januari 2012 | 0 komentar |

0 komentar:

Posting Komentar